Karena Takut
Sumber foto: halodoc.com |
Langkah ini sudah semakin jauh, bahkan mendekati puncak. Ada yang merongrong dari dalam, membentak, membunuh semangat juang.
Semua berawal dari pikiran yang tak beralasan, masuk ke dalam hati dan menggoncang jantung. Pemicu segala kekuatiran yang terjadi.
Dari puncak merapi berterbangan burung-burung, membentangkan sayapnya dengan penuh suka cita. Tatapan mata mereka menunjukan tak ada rasa cemas, keberanian membentang di setiap helai bulu sayapnya.
Menunjukan padaku tentang keberanian mereka menaklukan bumi yang aku pijak. Mereka hanya ingin bebas hidup tanpa beban dipundaknya. Apa pun itu, hanya demi kehidupan dan kelangsungan hidup.
Baca Juga: Kejujuran Hati Pemilik Rasa
Lalu ku tengok diriku. Aku tak punya sayap untuk ku bentangkan di langit biru. Sekalipun ada, aku takut. Tak ada keberanian menaklukan bumi.
Lalu, ku bongkar hati dan pikiranku dengan keras, dan ku lihat, aku masih memiliki satu senjata dengan satu amunisi. Senjata keyakinan dengan amunisi semangat.
Sepertinya, sudah waktunya aku gunakan senjata dan amunisi yang tersisa satu itu.
Ku bakar amunisi itu dengan menarik pelatuk yang ada di senjataku, hancurkan
musuh ketakutan itu.
Kemenangan harus ku raih, apapun itu, hanya satu kesempatan untuk menembus pintu kejayaan. Saatnya, aku langkahkan kaki menuju puncak dan taklukan bumi yang kupijak, robohkan tembok pemisah itu.
Saatnya aku harus berani dan percaya diri menjadi sosok yang berarti dan penuh kebebasan untuk hidup dan kehidupan.
Ricard Jundu
Penyuka karya seni dan sastra yang sudah menulis di berbagai media cetak dan online