Gelombang Ketiga Era Digital, Buat Yang Jomblo Semakin Lama Menjomblo
Ilustrasi: Harapan Rakyat Online |
Gelombang ketiga perkembangan digital dikenal dengan metaverse. Perkembangan digital gelombang ketiga ini akan di mulai pada tahun 2022, kata para pengembang dan investor di metaverse.
Dilihat dari perkembangan digital (metaverse) yang semakin canggih, pasti akan membuat pengguna digital akan semakin betah dalam berselancar di dunia maya baru ini, nantinya.
Yah, orang yang jomblo bisa saja dibuat betah untuk bertahan hidup di dunia maya sehingga semakin lama juga menjomblo (maaf ya...). Alasannya, dunia metaverse ini bisa saja membuat penggunanya kecanduan untuk berlama-lama hidup di dunia maya.
Oke, kita langsung bahas saja mulai dari metaverse sampai ke alasan yang jomblo bisa saja akan lama menjomblo. Ingat, sahabat pikiRindu, harus membaca penjelasannya sampai akhir agar tidak gagal paham yah, hehehehe...
Lalu, apa itu metaverse? Dari tadi selalu sebut metaverse.
Metaverse semakin marak terdengar setelah media sosial facebook mengganti namannya menjadi meta. Perubahan nama facebook menjadi meta bukan tanpa alasan, tentunya.
Perubahan nama facebook sebagai respon atas adanya rencana perubahan dunia digital gelombang ketiga.
Facebook menangkap peluang di metaverse karena mereka tahu bahwa pengguna platform terbanyak di dunia adalah milik mereka (facebook). Katanya lagi bahwa akan ada banyak orang yang akan bekerja di metaverse tahun 2022 nanti.
Sederhananya begini mengenai metaverse, kehidupan dalam dunia digital dalam bentuk 3D yang dibuat seperti kehidupan di dunia nyata. Bisa? tentu saja bisa.
Jika para sahabat sudah terbiasa dengan main game online seperti PUBG (game online perang-perangan itu loh...) maka pasti merasa yakin bahwa dunia metaverse bisa terjadi.
Layaknya dunia nyata, metaverse juga memiliki lahan yang bisa diperjual-belikan sebagai aset digital. Harga lahan digital juga selangit dan paling cocok dijadikan sebagai investasi, katanya.
Kalau begitu, hanya orang yang bermodal selangit yang bisa membeli lahan digital itu dan kita yang modal kecil mungkin hanya bisa menyewanya saja.
Uniknya lagi, di metaverse, kita bisa melakukan berbagai aktivitas layaknya di dunia nyata seperti bekerja, belajar, berkunjung ke museum, bermain dan lain sebagainya.
Jadi, metaverse sebagai ruang virtual yang bisa membuat kita beraktivitas tanpa harus bertemu secara fisik dengan orang lainnya.
Lalu, bagaimana kita hidup dalam dunia metaverse?
Kita akan diminta untuk memilih karakter (seperti avatar begitulah...) yang menunjukkan jati diri kita (pribadi kita). Di sini, kita bebas membuat karakter avatar kita masing-masing. Setelah kita memiliki karakter avatar, barulah kita bisa beraktivitas di metaverse.
Layaknya dunia nyata, kita bisa membeli pakaian, sepatu, dan berbagai aksesoris ternama untuk karakter avatar kita. Artinya begini sahabat pikiRindu, di metaverse akan ada aktivitas ekonomi layaknya kehidupan nyata.
Berdasarkan info yang beredar bahwa brand ternama seperti nike juga sudah berinvestasi ke metaverse.
Dengan demikian, agar karakter avatar kita di metaverse kelihatan keren, yah harus berbelanja sepatu nike yang dijual di metaverse.Kita juga bisa membeli jam bermerek untuk aksesoris yang membuat karakter avatar kita kelihatan lebih menarik dan menunjukkan jati diri kita.
Berkaitan dengan itu, pengandaian atau ilustrasinya seperti ini, setelah kita membuat karakter avatar di metaverse, kita masuk ke metaverse menggunakan komputer atau smartphone untuk mengakses atau memulai aktivitas di metaverse. Setelah itu, barulah kita bisa mulai berselancar di metaverse.
Kita berjalan ke pusat perbelanjaan dan membeli pakaian serta aksesoris lainnya agar kelihatan menarik yang menunjukkan jati diri kita (...bisa juga untuk ajang pamer kekayaan di metaverse bahwa kita adalah orang kaya di dunia nyata hehehe...)
Tepat jam 07.00 pagi berangkat ke kantor di metaverse untuk bekerja di kantoran ternama. Pulang kerja singgah dulu di tempat konser untuk menyaksikan pertunjukan dari band ternama untuk melepas lelah.
Lalu, dari tempat konser, pergi ke museum yang kebetulan berdekatan dengan tempat konser untuk mencuci mata dengan berbagai lukisan dan karya seni lainnya.
Setelah dari museum, kita pergi ke tempat kursus memasak agar bisa masak makanan yang enaklah minimal untuk diri sendiri. Dalam perjalanan, kita melihat berbagai papan reklame yang bertuliskan merek brand sepatu, pakaian, dan aksesoris yang menawarkan produknya dengan harga tertentu.
Tidak lama setelah itu, kita sampai di depan tempat kursus. Di depan tempat kursus, tak sengaja bertemu dengan salah seorang yang tiba-tiba bertanya kepada kita "hai, maaf mengganggu, boleh saya bertanya?" dan langsung kita jawab "oh iya, ada yang bisa saya bantu?"
Dia pun bertanya "anda mau ikut kursus memasak yah? apa saja yang kita bisa dapat dari tempat kursus ini?", kita menjawab "sebaiknya, anda masuk dan bertanya langsung dengan admin tempat kursus memasak ini". Kita masuk ke tempat kursus memasak dan mulai belajar memasak.
Setelah kursus memasak, terbersit dalam pikiran untuk bermain game dulu di tempat game ternama dekat tempat kursus itu. Ada banyak game yang bisa kita mainkan tergantung banyaknya uang digital yang kita miliki.
Kemudian, waktu kini menunjukkan pukul 23.00 malam, tak terasa dari beberapa aktivitas kita dari pagi yang berhadapan dengan komputer dan internet dalam metaverse ternyata sudah lama.
Akhirnya, kita menutup komputer dan kembali ke dunia nyata untuk beristirahat agar bisa melanjutkan aktivitas kembali keesokan harinya.
Itu singkat cerita pengandaian ketika kita hidup di metaverse, sangat menarik karena bisa berselancar ke dunia maya yang terasa seperti di dunia nyata. Pengguna metaverse akan mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sekedar berselancar di media sosial seperti sekarang ini.
Dari pengandaian yang diceritakan di atas, berarti kita bisa melakukan banyak hal di metaverse. Salah satu aktivitas yang bisa kita lihat adalah aktivitas ekonomi.
Dengan lahan sekian meter saja, bisa disewakan untuk papan iklan atau coba membuka tempat seperti toko, museum, sekolah, kantor, dan lain sebagainya. Ini yang paling penting, harga lahan digital di metaverse, katanya lumayan mahal juga.
Cara bertransaksi di metaverse berbeda dengan transaksi di dunia nyata karena di metaverse menggunakan mata uangnya sendiri dengan sistemnya sendiri. Katanya, bertransaksi di metaverse menggunakan bitcoin (Di artikel lain, kita bahas khusus tentang itu, soalnya butuh waktu ekstra agar kita bisa memahaminya hehehe)
Apa hubungannya dengan jomblo?
Kalau sahabat pikiRindu bisa membayangkan ilustrasi sederhana di atas maka yang menjadi ketakutan terbesar kita yaitu berkurangnya sosialisasi di dunia nyata. Akibatnya, kita bisa memiliki sahabat yang banyak di dunia maya dari berbagai belahan dunia tetapi di dunia nyata selalu hidup sendiri.
Berarti, bisa saja, kita yang jomblo keasikan berselancar di metaverse bisa kelamaan jomblo karena kurang bersosialisasi di dunia nyata (Maaf...).
Bayangkan saja sahabat pikiRindu, seharian penuh, sahabat duduk di depan komputer dan beraktivitas di metaverse karena ketagihan dengan banyak hal menyenangkan yang ada di metaverse, kira-kira kapan sahabat bersosialisasi di dunia nyata.
Hal inilah yang membuat beberapa ahli meragukan kehadiran metaverse karena akan berdampak pada perubahan drastis cara hidup manusia.
Namun, suka atau pun tidak suka, perkembangan ini memang tidak bisa dihindari lagi. Di sini, kita sebagai pengguna digital harus bijaksana untuk mengatur waktu hidup di dunia nyata dan maya ke depannya.
Jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu maka berpengaruh pada kehidupan sosial di dunia nyata, dimana kita akan merasa nyaman dengan hidup sendiri dan menutup diri pada lingkungan nyata di sekitar kita.
Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi perkembangan digital ini?
Sekarang, kita sebagai pengguna digital harus mempersiapkan diri dengan baik dalam mengahadapi gelombang ketiga perkembangan digital ini. Berkaitan dengan ini, pemerintah dan masyarakat tidak boleh gegabah karena harus mempertimbangkan berbagai dampak negatifnya agar bisa diminimalisir.
Untuk meminimalisir dampak negatif kehadiran metaverse (dunia maya baru) maka pemerintah perlu mengendalikan aktivitas bagi penggunanya melalui berbagai aturan. Persiapan juga bisa dilakukan dengan mensosialisasikan penggunaan metaverse agar masyarakat menggunakannya secara bijaksana. (Red.pikirindu)