Pikiran Terjebak di Rumah Wunut Saat Pulang
Sumber Foto: Dokumen Pribadi |
Imajinasi.pikiRindu - Suatu waktu tepatnya jam 09.00 wita, ketika berjalan dari lapangan motang rua ke arah selatan menuju rumah wunut, muncul pikiran yang aneh sambil melangkahkan kaki untuk berjalan pulang.
Baru beberapa langkah, pikiran itu semakin kacau dan terasa berat. Entah apa yang sedang merasuki pikiran ketika sedang berjalan sambil mata tertuju pada rumah wunut itu.
Tepat di depan rumah wunut, kaki menghentikan langkahnya dan mata melihat bahwa betapa ramainya tempat itu.
Anak-anak berpakaian seragam pramuka sedang
berdiskusi di sekitar rumah wunut dan ada pula
yang masuk ke dalam bersama seorang guru berambut putih dan berpakaian usang.
Terbersit dalam pikiran, tumben ramai
anak sekolah di sini. Apa yang sedang mereka lakukan di sini? Sekarang jam
sekolah, mengapa guru tua itu malah mengajak anak sekolahnya ke sini? Seharusnya,
sekarang mereka duduk di kelas dan belajar.
Karena penasaran, coba memberanikan diri untuk bertanya kepada anak-anak yang lagi asik berbicara sambil duduk melingkar di samping rumah wunut. Apa yang kalian lakukan di sini? Kami sedang berdiskusi, jawab mereka bersamaan.
Berdiskusi? Mengapa diskusinya tidak di
sekolah saja? Kami sedang studi lapangan, jawab seorang anak berparas cantik.
Lalu, tiba-tiba muncul pertanyaan lainnya, memangnya, apa yang kalian pelajari di sini? Kami sedang belajar sejarah Manggarai, jelas seorang anak laki-laki yang mengenakan topi pramuka di kepalanya.
Sambungnya, kami dapat banyak informasi tentang seperti apa pembentukan dan
perkembangan Manggarai di tahun 1900an. Kami berkelompok masuk ke dalam rumah
wunut dan mencatat berbagai macam informasi yang ada, jelasnya dengan lantang.
Di dalam rumah wunut ini, ada banyak foto jaman raja Baruk, dan ada juga foto pembangunan kala itu seperti foto pembukaan persawahaan di beberapa tempat serta ada juga benda-benda bersejarah peninggalan lainnya.
Semua foto dan benda peninggalan dijelaskan secara rinci oleh seorang
yang bertugas menjaga rumah wunut ini, jelas seorang anak lagi dengan penuh
semangat.
Baca Juga: Karena Takut
Tidak lama setelah anak itu berbicara, guru
tua itu pun keluar dari rumah wunut sambil berbicara kepada anak sekolah. Entah
apa yang dikatakannya. Terlihat dengan jelas, anak-anak itu seperti senang
sekali mendengarkan cerita sang guru tua itu.
Ketika guru dan anak sekolah semakin mendekat, terdengar sepintas dari mulut guru paruh baya berkumis tebal itu, katanya “kalian harus mengenal sejarah dengan baik karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
Begitu juga dengan Manggarai ini, kalian terlahir dari
sejarah Manggarai itu sendiri sehingga pada hari ini, bapak mengajak kalian ke
sini untuk belajar secara langsung dari tempat sejarah itu”.
Baca Juga: Melawan Gelisah
Di pinggir jalan bundaran rumah wunut,
ada juga pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman yang lagi sibuk
melayani pesanan anak sekolah dan pengunjung. Tumben sekali hari ini, di sini,
ramai sekali.
Perlahan di sisi lain rumah wunut terlihat ada juga pengunjung yang bukan anak sekolah. Kalau dilihat dari roman mukanya, mereka bukan orang Indonesia.
Mereka adalah orang asing berkulit putih. Beberapa orang asing itu ditemani oleh satu orang lokal asli Manggarai.
Saat itu, tiba-tiba ada keberanian untuk bertanya kepada orang lokal yang bersama beberapa orang asing itu.
Untuk apa mereka datang ke tempat ini? Jawab orang lokal itu "mereka semua ingin belajar budaya Manggarai."
Lalu, terlintas dalam pikiran, "mengapa orang asing ini ingin sekali belajar budaya Manggarai?" Sontak keberanian bertanya kepada orang lokal itu pun muncul kembali.
"Mengapa mereka ingin belajar budaya Manggarai?" Lalu, orang lokal itu menjawab "mereka ini adalah para peneliti budaya."
Dalam benak saat itu, "hebat sekali orang-orang asing ini, ternyata mereka adalah pemerhati budaya." Mereka menjelaskan bahwa kebudayaan perlu menjadi pusat perhatian untuk terus dilestarikan. Jangan sampai tergerus jaman.
Namun, di satu sisi, ada juga rasa malu karena belum mengenal dengan baik budaya sendiri, budaya Manggarai.
Dulu, malahan lebih banyak belajar budaya orang lain waktu SD, SMP, dan SMA. Bahkan, sampai dihafal biar lulus ujian. Ada penyesalan dalam diri karena terlambat sadar.
Hari itu memang sungguh sangat ramai di rumah wunut. Tempat itu memang layak menjadi pusat belajar sejarah. Tempat itu tidak jauh beda dengan tempat-tempat sejarah lainnya di Indonesia.
Peristiwa hari ini sungguh membuat adanya rasa bangga menjadi orang Manggarai.
Lalu, terdengar klakson kendaraan roda empat yang sontak membuat kaget sehingga pikiran kembali sadar. Waduh, sial, ternyata yang terjadi tadi hanyalah imajinasi saja.
Setelah sadar, hayalan pun muncul, "seandainya apa yang ada dipikiran itu menjadi kenyataan, pasti rumah wunut ini menjadi tempat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang."
Jam sudah menunjukkan kira-kira 30 menitan berada di depan rumah tua ini. Aduh, sia-sia saja berdiri di sini dari tadi, hanya membuang waktu. Itukan hanya hayalan dan mimpi.
Kaki pun melangkah dan pergi meninggalkan
rumah tua bersejarah itu.
Ricard Jundu
Penyuka karya seni dan sastra yang sudah menulis di berbagai media cetak dan online