Bahagia Setelah Sakitnya Luka || Ricard Jundu
Ilustrasi orang yang saling melepas rindu |
Imajinasi.pikiRindu- Hari ini memang pedih bagi sang perinduku. Bukannya aku buta 'tuk melihat, aku hanya membutuhkan kaca mata hidup 'tuk mampu memandang bahwa aku dibutuhkan sang perinduku. Dalam penaknya hariku ini, ragaku seakan hilang dicuri oleh besarnya kerinduan sang perinduku.
Janganlah biarkan air mata mengalahkan kerinduan karena masih banyak duri yang perlu dicabut satu per satu dari kehidupan untuk bisa merasakan indahnya hidup setelah merasakan sakitnya luka. Sang perindu mungkin banyak hal yang tak kau ketahui tentang ku.
Aku berusaha akan membantu menjelaskannya. Jika saatnya tiba aku tak mau lagi melihat kerinduan itu hilang tak tentu arah. Aku hanya mau merasakan kerinduan itu nyata dalam rasa dan lambat laun hilang terbakar cinta yang utuh.
Lembutnya angin malam ini sungguh membuatku semakin terbang jauh dalam rasa hangat yang dibagikan sang perinduku dari jauh. Haruskah aku menderita karena langit itu masih jauh? Aku hanya mau katakan dengan tegas bahwa aku tidak takut dengan luka.
Ingatlah bahwa saat langit itu digenggamanku, aku hanya menginginkan sang perinduku meniupkan lilin suka cita untukku.
Di kedalaman hati yang lembut selalu ada nada damai ketika tawamu melantunkan bunyian yang indah dengan raut wajah tersenyum. Aku mungkin yang pertama mengatakan bahwa mungkin kamulah sang perindu yang berbahagia itu.
Banyak hal yang sungguh membuatku makin penasaran, entah dengan hidupku sendiri karena sang peinduku itu selalu memiliki teka-teki baru dalam napas kehidupan ku. Haruskah aku menjawab teka-tekinya? bagaimana caranya?
Ah..... aku ini mungkin terlalu jauh melihat ke depan. Sebenarnya sang perinduku itu mampu menjawab sendiri teka-teki karyanya dengan rasa dalam perasaan yang halus dan lembut. Mungkin karena aku terlalu ragu sehingga harus mencoba memecahkan teka teki itu sendiri.
Lantunan syair dalam nada doanya di keheningan malam sangat mampu memecahkan kesunyian malam. Syair yang diungkap dengan perasaan yang tulus kemudian mengobati luka yang terkadang menusuk dan menyakiti.
Selalu, ketika senja mulai menunjukkan biasnya, saat itu selalu ada rindu untuk mencapai angan dalam setiap luka yang didapat.
Hanya malam yang mengobati luka dalam harap di tengah kesunyian itu. Malam mengobatinya tanpa sentuhan tapi melalui gelap dan indahnya bintang-bintang. Malam dan bintang pasti punya alasan mengobati luka goresan kata yang terasa pedis.
Kata dari mulut yang tak bertulang tapi memiliki energi yang berbisa.
Hanya malam dan bintang yang mengobati luka, sehingga pagi berikutnya kembali meluluhkan perinduku agar tersenyum kembali. Senyuman yang bisa menyembunyikan betapa perihnya luka sang perindu.
Dalam senyuman itu, ada keyakinan yang kuat bahwa mimpi saat malam dan penuh bintang pasti akan tercapai. Keyakinan membuat kekuatan kembali hadir dalam jiwa perindu karena yakin menjadi kunci pembuka ruang kebahagiaan yang dinanti.
Hari demi hari berlalu ditemani malam dan bintang, sampai pada suatu ketika di mana mimpi yang dinanti hendak tercapai. Raut wajah perindu pun makin memancarkan cahya terang hendak menunjukkan ada jiwa yang lagi berbahagia.
Kata yang terucap pun selalu dengan nada manja dan aura cinta yang meluap-luap karena rindu yang tak terbendung lagi. Hingga tiba saatnya, hari di mana mimpi itu menjadi kenyataan, sang perindu lalu menangis dan tak henti menangis. Bukan tangisan luka. Tangisan bahagia.
Luapan bahagia yang tak terbendung itu pun dirasakan oleh malam dan bintang. Aura saat itu, seakan malam dan bintang seolah menunjukkan rasa bahagia juga. Sembari merasa bahagia tetap harus sisihkan waktu untuk hari dan malam berikutnya.
Perindu pun berakhir suka cita setelah merasakan sakitnya luka.
Penulis merupakan penyuka karya sastra dan seni yang telah menulis diberbagai media cetak dan online.
@Red.pikiRindu