Mengembangkan Pembelajaran IPA yang Aktif dan Kreatif Melalui Inkuiri Terbimbing di Daerah Tertinggal
Ilustrasi (Sumber: pixabay) |
Penulis: Ricardus Jundu || Editor: Yati Kabut
PIKIRINDU.com- Pendidikan berdasarkan UUD 45 di Indonesia dianggap sebagai hak setiap individu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa pendidikan yang layak dan berkualitas tersedia untuk semua orang.
Kesalahan dalam proses pendidikan dapat berdampak negatif pada sumber daya manusia, terutama dalam era industri 4.0 di mana kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas sangat tinggi.
Namun, meskipun pentingnya pendidikan berkualitas diakui, masih banyak daerah di Indonesia yang belum mencapai standar pendidikan yang layak.
Banyak wilayah di Indonesia masih masuk kategori daerah tertinggal, yang mana hal ini tidak selalu berarti bahwa pendidikan di daerah tersebut juga tertinggal.
Lembaga pendidikan harus menyadari bahwa untuk mengatasi ketertinggalan ini, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru memiliki peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk beradaptasi dengan perkembangan di era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi dan sains sangat berkaitan erat, dan oleh karena itu, penting bagi siswa untuk mempelajarinya sejak dini, bahkan di tingkat sekolah dasar.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui berbagai keterampilan dan sikap ilmiah yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Pembelajaran IPA harus difokuskan pada pengalaman siswa dalam belajar dengan menerapkan sistem belajar mandiri, di mana siswa mencari jawaban atas permasalahan sendiri untuk meningkatkan pemahaman konsep.
Penting bagi guru untuk menyadari bahwa pengalaman belajar siswa adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sayangnya, kenyataannya adalah bahwa sering kali guru mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, yang membuat pembelajaran terasa monoton dan membosankan.
Pembelajaran IPA sulit diterapkan dengan metode ceramah karena melibatkan keterampilan berpikir, bekerja, sikap ilmiah, dan komunikasi. Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPA.
Pembelajaran inkuiri dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keterampilan berpikir, bekerja, berkomunikasi, dan sikap ilmiah siswa, serta dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Dalam kelas, variasi perlakuan dalam pembelajaran diperlukan untuk memastikan kualitas pembelajaran siswa. Model pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa dengan bimbingan dan bantuan guru menggunakan prosedur yang tepat untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak dapat mandiri tanpa bimbingan dan arahan dari guru untuk mencapai proses belajar yang ideal. Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu pendekatan yang tepat.
Pembelajaran IPA juga membutuhkan proses inkuiri karena dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa.
Kelebihan lain model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis.
Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk mengamati, menganalisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi informasi yang mereka temui. Hal ini melibatkan keterampilan berpikir kritis yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 4.0.
Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa akan terlatih untuk berpikir secara analitis, logis, dan kreatif dalam memecahkan masalah.
Selain itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional yang cenderung guru-centric, siswa sering kali menjadi pasif dan kurang termotivasi untuk belajar.
Namun, dengan adanya model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa akan aktif terlibat dalam mencari jawaban dan pemahaman atas masalah yang dihadapi. Mereka akan merasa memiliki peran penting dalam proses pembelajaran dan menjadi lebih antusias untuk belajar.
Selain keterlibatan siswa, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga mendorong siswa untuk bekerja secara kolaboratif. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa sering bekerja dalam kelompok atau tim untuk menjalankan percobaan, berdiskusi, dan mencari solusi bersama.
Hal ini mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerja dalam tim, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Keterampilan ini sangat relevan di era industri 4.0 di mana kolaborasi dan kerjasama menjadi kunci sukses dalam menghadapi kompleksitas tugas dan tantangan yang dihadapi.
Namun, meskipun model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki banyak kelebihan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam penerapannya di daerah tertinggal. Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan sumber daya dan infrastruktur pendukung yang terbatas.
Daerah tertinggal seringkali memiliki keterbatasan akses terhadap fasilitas dan teknologi yang diperlukan dalam pembelajaran inkuiri, seperti laboratorium sains, perangkat komputer, atau akses internet.
Oleh karena itu, guru dan lembaga pendidikan perlu mencari solusi kreatif dan alternatif untuk memfasilitasi pembelajaran inkuiri meskipun dengan sumber daya yang terbatas.
Selain itu, pendidikan di daerah tertinggal sering menghadapi tantangan dalam hal kualifikasi dan kompetensi guru. Guru yang mengajar di daerah tertinggal mungkin memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Oleh karena itu, pelatihan dan dukungan yang memadai perlu diberikan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang model pembelajaran inkuiri dan kemampuan mereka dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Dengan demikian, pengembangan pembelajaran berkualitas dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa meningkatkan pengalaman belajarnya. Guru bisa menjadikan pembelajaran inkuiri terbimbing ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. (Red.pikirindu)
Penulis merupakan pengajar di Unika Santu Paulus Ruteng. Hasil tulisan penulis sudah banyak dipublikasikan di berbagai media cetak dan online. Selain itu, penulis juga adalah orang yang suka jalan-jalan di pedalaman Flores - NTT. Penulis juga penyuka karya sastra dan seni, pegiat usaha mikro yang bergerak di ekonomi kreatif-bisnis digital dengan nama usahanya Flores Corner Group (naiqu, cemilan santuy, dan JND desain)