Puisi Rindu dan Mawar Duka Karya Mario Alberto
![]() |
Foto Ilustrasi (Sumber: Pixabay) |
Penulis: Mario Alberto
RINDU
Aku persisnya lupa kapan terakhir kali kau berwahyu,
Tentang rindu yang terhadang oleh penaka waktu,
Membentang antara jarak dan khayalan nan semu,
Merekah pada tumpukan memori bisu,
Mengeluh, mendesah dan membuncah dalam angan-angan sendu.
Sehari dalam lima waktu berkunjung,
Rindu bergulung se-isi batinku dikepung,
Melingkari aku dari muka dari belakang;
Termangu aku menangis meraung - raung,
Teringat dikau seorang tak terbendung,
Moga - moga tutur lidah kata sembayang,
Temani dikau sepanjang malam sepanjang siang.
Andai saja semilir angin membawa raga bertatap muka,
Aku yakin, alunan sipu akan berdendang ria,
Gempita batin tak mampu terungkap dalam deretan kata,
Jemari tangan jadi kikuk dan kaku bertukar sapa,
Hingga air mata hening meleleh tanpa kenal jeda.
Tetapi kini, biarkan aku berwahyu untukmu,
Menata hatimu yang berantakan tak menentu,
Meredam barisan kecemasan dan rasa putus asamu,
Membilas tetesan peluh aura gelisahmu;
Hingga kau akan kembali berwahyu,
Bukan lagi tentang rindu yang terhadang oleh penaka waktu,
Tetapi tentang hati yang menyatu jadi satu.
BACA JUGA: Puisi: Tuhan || Karya Mario Alberto
Mawar Duka
Mawar ini, mawar duka,
kupetik selepas angin kelabu telah berlalu.
Kelopak kecilnya merekah,
berbisik tentang tumpukan memori bisu,
Yang mengkristal pada embun di penghujung pagi.
Dia memandang penuh tatapan sayu, terkulai layu pada gundukan hati,
Yang mengaraknya kepada mahligai rindu.
Kuncup-kuncup mungilnya merekah di sekelimun kalbu,
Laksana barisan pelangi yang datang di akhir badai.
Tetapi, mawar ini perlahan berdekut membisu,
Berpasrah pada semilir angin yang datang lalu pergi,
Laksana irama musik yang bermain kemudian berhenti.
Hanya berharap pada singgasana Langit Mahasuci,
Tempat menaruh segala impian dan harapan asa.
Kini, mawar ini pun tumbuh subur
Dan berbinar penuh ceria,
Di taman, tempat kita menyatu dalam pucuk rasa,
Menjelma menjadi ruang nan teduh ,
Terpatri noktah cinta yang menyatu dalam genggaman kalbu,
Hingga kebersamaan ini terkenang hingga akhir hayat.
Penulis adalah wartawan RRI